Life Skills
Konsep
Keterampilan Hidup
Keterampilan
Hidup adalah berbagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat berperilaku
positif dan beradaptasi dengan lingkungan, yang memungkinkan seseorang mampu
menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara
efektif. (DEPDIKNAS, 2002)
Jenis
Keterampilan Hidup
A. Keterampilan
Fisik
Keterampilan
fisik adalah kemampuan seseorang yang ditunjukkan secara fisik, seperti
melihat, bersuara, mencium, merasa, menyentuh, dan bergerak.
1. Keterampilan
fisik ditandai dengan kemampuan seorang remaja untuk memilih makanan, berolah
raga dan beristirahat secara seimbang.
2. Keterampilan
memahami tubuh dan merespon kebutuhan tubuh sendiri. Makna sehat yang hakiki adalah
bagaimana kita bisa tahu cara mencegah penyakit. Yaitu dengan memahami kondisi
dan kemampuan tubuh kita dan menjalankan pola hidup sehat. Komunikasi yang
terjalin baik antara kita dengan tubuh kita akan menghasilkan mekanisme tubuh
yang baik pula. Semakin kita memahami bahasa tubuh kita, semakin
baik pula komunikasi yang terjalin antara kita dan tubuh
kita.
3. Keterampilan
mengatur pola makan dan olah raga
Pada dasarnya,
sehat dimulai dari apa yang kita makan. Kita perlu mulai berpikir dan berbuat,
bagaimana caranya agar dapat membuat makanan yang bukan hanya enak di
lidah tapi juga sehat di badan. Untuk kelangsungan hidupnya, manusia
membutuhkan makanan terutama makanan bergizi seimbang. Zat-zat gizi utama yang
terkandung pada makanan adalah :
a. Karbohidrat
Karbohidrat
dianjurkan 60% dari total kalori dalam sehari. Diperoleh dari nasi, jagung,
gandum, tepung, terigu, sagu, roti, bihun, kentang, pastadan umbi-umbian
lainnya.
b. Protein
Protein
dibutuhkan berkisar antara 20-50% dari total kalori yang diperoleh dari kacang
kedelai, kacang tanah, ikan laut dan tawar, daging ayam tanpa kulit, daging
sapi dan kerbau.
c. Lemak
Lemak dianjurkan
tak lebih dari 25% dari total kalori yang meliputi lemak hewani dan nabati,
misalnya minyak goreng, mentega, alpukat, kelapa, dsb.
d. Vitamin
Vitamin dapat
diperoleh dari buah-buahan dan sayur-sayuran berwarna kurang lebih 10% untuk
tubuh
e. Mineral
Mineral dapat
diperoleh dari buah-buahan yang banyak mengandung air dan serat sebanyak 10%
f. Air
Air dibutuhkan
hingga 50% dari konsumsi tubuh. Air dapat diperoleh dari buah-buahan atau
masakan berkuah selain air putih sebanyak 1,5 – 2 liter.
Disamping
menjaga pola makan, remaja juga diharapkan dapat menjaga kondisi tubuhnya agar
tetap bugar dan fit melalui kegiatan olah raga yang mudah dan
murah, seperti jalan, lari,voli, renang, basket dan lain-lain. Manfaat
olah raga bagi tubuh, berguna untuk menyehatkan diri, baik
jasmanidan rohani.
4. Keterampilan
mengelola tidur
Perbaikan
jaringan-jaringan sel yang rusak dalam tubuh umumnya dilakukan dikala
istirahat/tidur. Maka apabila kita sering kurang tidur atau tidak memiliki
kualitas tidur yang baik, cepat atau lambat akan mengganggu stabilitas daya
tahan tubuh kita dan memacu munculnya penyakit. Seorang remaja yang
sering kurang tidur, maka tidak akan bersemangat dalam menjalankan aktifitasnya
dan tidak berkonsentrasi dalam menerima pelajaran di sekolah. Kualitas fisik,
mental dan emosional bisa sangat dipengaruhi oleh baik/tidaknya kualitas tidur
seseorang.
B. Keterampilan
Mental
1. Keterampilan mempercayai
dan menghargai diri
Percaya diri
diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam melakukan evaluasi terhadap dirinya
sendiri, serta dapat mengukur suatu perbuatan dari segi baik atau buruknya.
Dengan kepercayaan diri dan penghargaan terhadap diri sendiri, remaja
diharapkan dapat menilai apakah aktifitas yang dilakukan bermanfaat untuk
dirinya dan lingkungannya atau bahkan sebaliknya akan merugikan orang lain dan
dirinya.
2. Keterampilan
berpikir positif
Berpikir positif
adalah sebuah keterampilan untuk dapat melihat sisi positif mengenai suatu hal,
peristiwa, kejadian atau pengalaman. Remaja perlu mengembangkan kemampuan
dan keterampilan berpikir positif untuk membantu dirinya dan meringankan bebannya
dalam menghadapi tantangan dan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
3. Keterampilan
mengelola stres
Mengelola stres
bukan sekedar mengurangi stres, tetapi juga mengelola situasi yang menyebabkan
stres. Mengelola stres berarti menemukan jenis, cara, dan waktu stress yang
tepat sesuai dengan ciri khas individu, prioritas, dan situasi hidupnya untuk
mencapai kinerja dan kepuasan maksimal.
4. Keterampilan
mengambil keputusan dan memecahkan masalah
Pengambilan
keputusan adalah sebuah keterampilan yang membantu remaja untuk menghadapi
berbagai keputusan dalam hidup secara konstruktif. Keterampilan ini dapat
dipelajari dan dipraktikkan. Ada 3 langkah sederhana untuk belajar mengambil
keputusan secara efektif yaitu :
1. Jelaskan
atau identifikasi dengan jelas keputusan apa yang harus diambil atau masalah
yang harus dipecahkan.
2. Pertimbangkan
pilihan-pilihan yang ada dan apa yang akan terjadi pada setiap pilihan.
3. Pilihlah
pilihan yang paling baik.
C. Keterampilan
Emosional
1. Keterampilan
bersikap tegas (asertif)
Asertif adalah
sebuah sikap atau perilaku untuk mengekspresikan diri secara tegas kepada pihak
lain tanpa harus menyakiti pihak lain ataupun merendahkan diri di hadapan pihak
lain. Sikap tegas membuat seseorang mampu menyatakan pikiran, perasaan dan
nilai-nilai mengenai sesuatu secara terbuka dan langsung, dengan tetap
menghormati perasaan dan nilai-nilai pihak lain.
Sikap asertif
untuk kelompok remaja sangat diperlukan dalam menghadapi tekanan remaja sebaya.
Tekanan itu berkaitan dengan ajakan untuk terlibat ke dalam risiko Triad KRR.
Berikut ini adalah cara asertif untuk menolak ajakan tersebut, diantaranya :
Teknik
|
Contoh
|
Berkata
”TIDAK”
|
”Tidak” atau
”Tidak, terima kasih”
|
Katakan terus
terang, apa
adanya
|
”Tidak, terima
kasih, saya tidak
merokok” atau
”tidak mau
mencobanya”
|
Beri alasan
|
”Tidak, terima
kasih. Saya tergesa-gesanih, saya harus pergi”
|
Kesan gagah
|
”Tidak
sekarang. Mungkin lain kali”
|
Mengubah topik
pembicaraan
|
Katakan
”tidak” dan langsung merubaharah pembicaraan : ”tidak, terimakasih. Kamu liat
pertandingan
semalam?”
|
Mengulang kata
Tidak
|
Ulangi kata
”tidak” berulang-ulang ataubervariasi :
”tidak”
”tidak, terima
kasih”
”tidak, saya
tidak tertarik”
|
Pergi /
berlalu
|
Katakan
”tidak” dan langsung pergi
|
Angkat bahu
|
Acuhkan atau
tidak mempedulikan
|
Menghindari
situasi
|
Jauhkan diri
dari setiap situasi dimana
ada
kemungkinan kamu mendapat
tekanan dari
kelompok untuk merokok
atau
menggunakan narkoba
|
2. Keterampilan
berkomunikasi dengan orang lain (komunikasi interpersonal)
Komunikasi
adalah suatu proses penyampaian pikiran dan perasaan melalui bahasa,
pembicaraan, pendengaran, gerakan tubuh atau ungkapan emosi oleh seseorang
kepada orang lain disekitarnya.
a) Keterampilan
dalam komunikasi efektif
Komunikasi yang
efektif dapat terjadi apabila menggunakan keterampilan
berikut ini:
1) Kemampuan
menerima dan memahami (Attending Skills):
· Pemberian
perhatian fisik kepada lawan bicara. Misalnya dengan
memperhatikan gerakan tubuhnya, menjaga kontak mata, tunjukkan dengan
ekspresi wajah atau gerakan tubuh lain sebagai tanda tertarik terhadap apa yang
diucapkan oleh lawan bicara.
· Selama
pembicaraan pandangan muka sepenuhnya diarahkan kepada lawan komunikasi.
2) Kemampuan
mengikuti alur cerita (Following Skills):
Kemampuan
mengikuti alur cerita mempunyai ciri-cirisebagai berikut:
· Tidak
memutuskan pembicaraan dan mengalihkan perhatian orang yang sedang berbicara.
· Menggunakan
sedikit dorongan dan respon sederhana yang dapat memacu pembicara untuk
menyampaikan ceritanya.
· Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang relevan, yang dapat menambah informasi dan tidak
sekedar jawaban “Ya” atau “Tidak”.
· Tidak
mengambil peran sebagai penyidik dan mengajukan terlalu banyak pertanyaan. Jaga
suasana agar tetap tenang.
3) Kemampuan
melakukan refleksi perasaan (Reflecting Skills):Kemampuan
ini mempunyai ciri yaitumengungkapkan kepada orang lain tentang perasaan
orang tersebut sesuai dengan yang kita pahami, seperti contoh berikut ini :
· “Anda
benar-benar gembira tentang proyek ini”
· “Nampaknya
anda marah”
· “Sepertinya
anda merasa tidak bersalah”
4) Kemampuan melakukan
pengulangan makna (Paraphrasing Skills):
Kemampuan ini
mempunyai ciri yaitu menyatakan kembali pesan yang disampaikan pembicara dengan
menggunakan kata-kata lain, dengan tujuan untuk mengetahui apakah yang kita
dengar adalah benar, seperti ungkapan di bawah ini :
· “Jika
saya tidak salah mengerti,.........”
· “Jadi
menurut anda bahwa ...............”
· “Sepertinya
anda mengatakan bahwa .........”
5) Kemampuan melakukan
pengulangan makna (Focusing Skills):
Kemampuan ini
mempunyai ciri yaitusopan meminta orang lain untuk bicara lebih fokus pada
masalah utamanya, seperti ucapan berikut ini :
· “Saya
mengerti bahwa semua masalah ini menjadi perhatian anda, tetapi apakah diantara
masalah tersebut ada yang secara khusus bisa kita selesaikan bersama?”
· “Dari
semua apa yang anda katakan, masalah mana yang paling anda risaukan?
Apabila
komunikasi menyenangkan dan dapat diterima, komunikasi non-verbal berikut ini
dapat menjadi pelengkap komunikasi verbal:
· Melakukan
kontak mata;
· Menjaga
posisi tubuh tetap tegak;
· Berdiri
mendekat pada lawan bicara tetapi tetap ada jarak;
· Suara
yang ramah, bicara jelas, tidak berbisik dan tidak berteriak.
b) Hambatan dalam komunikasi
efektif
Komunikasi yang
efektif akan mengalami hambatan apabila salah satu peserta komunikasi melakukan
hal-hal sebagai berikut:
1) Menilai (Judging)
: yaitu memaksakan nilai yang anda anut pada orang lain dan membentuk
solusi untuk masalah mereka. Jika anda menilai, anda tidak mendengar atas apa
yang diucapkan orang lain, karena anda menilai penampilan, suara dan kata-kata
yang digunakan orang tersebut. Contoh:
· Mengkritik
: “Anda tidak paham”
· Mencap
: “Itu karena anda malas”
· Mendiagnosis :
“Anda tidak sunguh-sungguh dengan masalah ini”
· Memuja
untuk memanipulasi : “Dengan sedikit usaha lagi, anda dapat mengerjakan dengan
baik”
2) Mengirim solusi: yaitu
memotong pembicaraan sebelum pembicara selesai. Hal ini juga akan mendorong
ketergantungan orang lain pada kita dalam memecahkan masalah dan menolak adanya
kesempatan untuk mempraktikkan pengambilan keputusan. Tipe komunikasi seperti
ini akan menunjukkan kepada mereka bahwa perasaan, nilai-nilai dan masalah
mereka adalah tidak penting. Contoh:
· Memerintah
: “Kamu akan belajar dua jam tiap malam”
· Menakut-nakuti
: “Jika kamu tidak melakukan ini,......”
· Moralis
: “Kamu harus lakukan ini, ....”
· Pertanyaan
berlebih : “kamu akan kemana? Apa yang akan kamu lakukan? Dengan siapa kamu
pergi?”
· Mengakhiri
kalimat-kalimat yang akan diucapkan pembicara.
3) Mengabaikan perhatian
orang lain:Perasaan
dan perhatian individu tidak diperhitungkan.
Contoh:
· Menasehati
: “Akan baik bagimu jika kamu ....”
· Mengalihkan
pembicaraan : “Olahraga apa yang kamu lakukan sekarang?”
· Argumentasi
logis : “Satu-satunya jalan untuk meningkatkan nilaimu adalah dengan belajar
lebih giat”
· Meyakinkan
: “Semua akan selesai”
· Menolak/Tidak
setuju : “Ya, tetapi .....”
D. Keterampilan
Spiritual
1. Keterampilan Memahami Kehidupan
Spiritual
Spiritualitas
adalah unsur kehidupan manusia yang langsung diberikan dan berasal dari Tuhan.
Keterampilan memahami spiritualitas adalah kemampuan memahami bahwa semua
kegiatan jasmani, pikiran dan emosi manusia yang digerakan atas dasar suara
hati nurani dan diarahkan untuk memperoleh keridhoan Tuhan Penciptanya.
2. Keterampilan Menyadari
Kehidupan Spiritual
Kemampuan
spiritual itu akan terlihat pada perkembangan kesadaran dan pemahaman manusia
terhadap diri, orang lain, dan alam, yang berujung pada peningkatan kesadaran
dan pemahaman akan kebesaran Penciptanya. Artinya, Spiritualitas muncul pada
konteks hubungan manusia dengan dirinya, orang lain, alam dan Penciptanya.
3. Keterampilan Melaksanakan
Kehidupan Spiritual
Makna umum dari kegiatan
spiritual adalah semua kegiatan baik jasmani, pikiran, dan emosi yang
dilaksanakan atas dorongan suara hati nurani untuk mendapatkan keridhoan Ilahi.
Keterampilan spiritual dalam sembahyang terletak pada kemampuan meresapi makna
dari setiap ucapan yang dibaca dalam sembahyang.
B. Keterampilan
Kejuruan (Vocational Skills)
Keterampilan
kejuruan adalah kemampuan atau keterampilan khusus yang dimiliki
oleh remaja dan mahasiswa dalam bidang non akademik, yakni
berupa kemampuan remaja dan mahasiswa dalam berwirausaha sesuai
dengan bakat, minat dan hobinya untuk mendapatkan penghasilan,
sehingga remaja dan mahasiswa bisa hidup dengan bermanfaat bagi
keluarga, masyarakat, bangsa dan negaranya.
Tujuan
Keterampilan Kejuruan (vocational skills) adalah agar remaja dan mahasiswa
mampu mengembangkan potensi dirinya, bakat dan hobinya sehingga dapat
mendatangkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
C. Keterampilan
Menghadapi Kesulitan (Adversity Skills): Mengubah Hambatan
Menjadi Peluang
Dalam kehidupan
sehari-hari, kita tidak akan pernah lepas dari hambatan, masalah, dan
tantangan. Kita melihat ada orang-orang yang bisa mengatasi dan
meninggalkan kesulitan masa lalunya ada juga yang menyerah dan menyalahkan masa
lalunya.
1. Tipe
Keterampilan Menghadapi Kesulitan
Kemampuan orang
dalam menghadapi hambatan, masalah, dan tantangan dapat dibagi menjadi tiga
yaitu :
a) Tipe cepat menyerah
(Quitters)
Tipe cepat
menyerah adalah orang yang apabila menghadapi kesulitan langkah pertama yang
diambil adalah menghindari, memilih untuk keluar, mundur, dan berusaha berhenti
terkait dengan kesulitan dan tantangan itu. Mereka ini disebut Quiters atau
orang yang cepat menyerah dan berupaya secepatnya berhenti terkait dengan
tantangan dan tanpa penyelesaian. Hal ini secara tidak langsung menutup segala
peluang dan kesempatan dalam kehidupan. Quitters tidak mempunyai
kemampuan menghadapi kesulitan dan tantangan hidup.
b) Tipe Cepat Istirahat
(Campers)
Tipe Cepat
Istirahat adalah tipe orang yang apabila menghadapi kesulitan dan tantangan
hidup mencoba mengatasinya, namun dengan kesulitan yang semakin besar cepat
mengambil tindakan untuk berhenti dari usahanya. Tipe ini,
sudah mencoba untuk maju menghadapi kesulitan, namun tidak seberapa jauh mereka
berkata, “sejauh ini sajalah kemampuan saya. Karena berbagai alasan, mereka
berhenti berjuang dan mencari kondisi yang aman terhindar dari kesulitan,
hambatan dan tantangan hidup lebih lanjut.
c) Tipe Terus Mendaki
(Climbers)
Tipe Terus
Mendaki adalah sebutan untuk orang yang dalam pendakiannya menghadapi tantangan
hidup tidak pernah menyerah. Pendakian terus dilakukan dengan semangat yang
tinggi dan strategi yang cerdas. Mereka memilih untuk terus bertahan dan
berjuang menghadapi kesulitan dalam kehidupannya. Climbers adalah pemikir yang
selalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan, dan tidak pernah membiarkan umur,
jenis kelamin, ras, cacat fisik dan mental, atau hambatan lainnya menghalangi
upaya pencapaian tujuan.
2. Dimensi
Keterampilan Menghadapi Kesulitan
Keterampilan
menghadapi kesulitan terdiri dari 4 dimensi yang masing-masing merupakan bagian
dari sikap seseorang dalam menghadapi kesulitan. Keempat dimensi tersebut
adalah sebagai
berikut:
a) C
= Control (kendali)
Dimensi ini
menggambarkan seberapa banyak kendali yang dirasakan seseorang terhadap suatu
peristiwa yang menimbulkan kesulitan dan tantangan hidup. Mereka yang meyakini
bahwa dirinya memiliki kendali yang rendah cenderung berpikir :
· Kesulitan
ini di luar jangkauan saya!
· Tidak
ada yang bisa saya lakukan sama sekali menghadapi kesulitan ini
· Saya
tidak mungkin mengatasi kesulitan ini
Sementara mereka
yang meyakini bahwa dirinya memiliki kendali tinggi cenderung berpikir :
· Wow!
Ini sulit! Tapi saya pernah menghadapi yang lebih sulit lagi
· Selalu
ada jalan mengatasi kesulitan ini
· Pasti
ada cara yang bisa saya lakukan untuk mengatasi kesulitan ini
· Saya
harus mencari jalan lain.....
b) O2 =
Origin dan Ownership (sebab masalah dan Pengakuan)
O2 mempertanyakan
dua hal yaitu: Siapa atau apa yang menjadi sebab terjadinya kesulitan? dan
sampai sejauh mana saya mengakui akibat-akibat kesulitan itu?Orang
yang keterampilan menghadapi kesulitannya rendah cenderung menempatkan rasa
bersalah pada peristiwa yang terjadi atau melihat dirinya sendiri
sebagai satu-satunya penyebab kesulitan tersebut.
Orang yang
keterampilan menghadapi kesulitannya rendah cenderung berpikir :
· Ini
semua kesalahan saya
· Saya
memang bodoh sekali
· Saya
sudah mengacaukan semuanya !
· Saya
memang orang yang gagal !
Orang yang
keterampilan menghadapi kesulitannya baik cenderung berpikir :
· Ada
sejumlah faktor yang berperan
· Waktunya
tidak tepat
· Setelah
mempertimbangkan segala sesuatunya, saya tahu ada cara untuk menyelesaikan
pekerjaan saya dengan lebih baik, dan saya akan menerapkannya bila lain waktu
saya berada dalam situasi seperti ini lagi.
c) R
= Reach (jangkauan)
Dimensi ini
mempertanyakan sejauh manakah kesulitan akan menjangkau bagian-bagian lain dari
kehidupan seseorang? Membatasi jangkauan kesulitan memungkinkan seseorang untuk
berpikir jernih dan mengambil tindakan. Membiarkan jangkauan kesulitan memasuki
satu atau lebih wilayah kehidupan, akan menghabiskan kekuatan sehingga tidak
mampu menghadapi kesulitan.
d) E
= Endurance (Daya Tahan)
Dimensi ini
mempertanyakan dua hal yang berkaitan : Seberapa lamakah kesulitan akan
berlangsung dan seberapa lamakah penyebab kesulitan itu akan berlangsung.
Orang yang
memiliki respon daya tahan rendah cenderung berpikir :
· Ini
selalu terjadi
· Segala
sesuatunya tidak akan pernah membaik
· Tidak
ada orang yang mau menikahi saya
· Saya
memang pemalas
Semua pernyataan
tersebut berbau permanen. Kata-kata itu membuat seseorang merasa tidak berdaya
untuk melakukan perubahan bahkan mungkin akan cenderung kurang bertindak
melawan kesulitan yang dianggap sebagai sesuatu yang permanen. Semakin rendah
keterampilan menghadapi kesulitan dan tantangan seseorang, maka semakin mudah
menyerah pada nasib.
3. Memperbaiki
keterampilan menghadapi kesulitan dan tantangan
Keterampilan
menghadapi kesulitan dan tantangan bukanlah hal yang permanen atau
menetap, dimensi-dimensi yang mempengaruhi sikap seseorang dalam
menghadapi masalah dapat diperbaiki dan ditingkatkan melalui Keterampilan
LEAD dan Stoppers.
a. Keterampilan
LEAD
1) L
= Listen. Dengarkanlah respon terhadap kesulitan.
Mendengarkan
respon terhadap kesulitan merupakan langkah penting dalam mengubah keterampilan
seseorang.Adapun langkah-langkahnya, yaitu:
a) Mengembangkan
pancaindra terhadap kesulitan
Keterampilan
yang pertama yang perlu dimiliki adalah keterampilan untuk segera merasakan
kapan kesulitan itu akan menerpa. Seseorang dapat mengetahui adanya kesulitan
jauh sebelum kesulitan itu menjadi bencana. Sekali seseorang memprogram
otaknya, dengan membuatnya selalu waspada, maka setiap menghadapi kesulitan
akan dengan cepat meresponnya.
b) Bunyikan
alarm
Teknik lain yang
dapat digunakan untuk mendeteksi kesulitan adalah dengan membunyikan alarm
dalam diri kita, semakin keras, semakin besar, dan semakin intens bunyi akan
semakin kuat bekas yang ditimbulkan di otak. Sehingga kita akan bertindak untuk
mengatasi masalah tersebut.
c) Kenali
CO2RE
Setelah secara
sadar bisa mendeteksi kesulitan, langkah berikutnya adalah segera mengukur
bagaimana respon anda terhadap kesulitan. Evaluasilah diri anda, dari empat
dimensi di atas, apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan kita.
2) E
= Explore. Jajakilah asal usul pengakuan anda atas akibatnya.
Seseorang
betul-betul belajar dari kesulitan dan mengasah strategi masa depannya.
Misalnya dengan menerima rasa bersalah dengan bertanggung jawab untuk melakukan
sesuatu guna menangani dan memperbaiki atau menyelesaikan situasi yang
ditimbulkan oleh kesulitan meskipun diri sendiri bukan penyebabnya. Mengakui
akibatnya tidak berarti harus menerima rasa bersalah yang tidak perlu sebagai
penyebab peristiwa itu.
3) A
= Analyze. Analisislah bukti-buktinya
Menganalisis
bukti mencakup proses bertanya yang sederhana, dimana seseorang memeriksa,
mempertanyakan dan mengalihkan kesulitan menjadi konstruktif.
4) D
= Do. Lakukan sesuatu.
Keterampilan ini
berkaitan dengan tindakan yang bisa dilakukan untuk mengendalikan kesulitan,
serta membatasi waktu berlangsungnya kesulitan. Masalah yang sering timbul
dalam menyelesaikan kesulitan adalah orang yang tertimpa kesulitan tidak siap
untuk bertindak. Untuk itu perlu dilatih kemampuan untuk berani mengambil
tindakan agar kesulitan segera selesai, tidak melebar kemana-mana dan tidak
berlangsung lama.
b. Keterampilan
STOPPERS
Keterampilan
STOPPERS dapat dilatih melalui dua keterampilan yaitu:Perintang: dirancang
untuk membantu seseorang menginterupsi dengan cepat respon destruktif dan
mempunyai kemampuan untuk mengubah keadaan emosional maupun fisiknya. Perintang
ini dapat dilakukan melalui 5 cara yaitu :
1) Gebrakan
telapak tangan ke permukaan benda yang keras sambil berteriak “STOP!”
Ketika dalam
kondisi panik, dan tidak bisa berpikir, pukulkanlah tangan ke benda dihadapan
seperti meja, dinding, dashboard mobil sambil berteriak STOP!!. Dengan demikian
kepanikan terhenti dan setelah kembali ke kesadaran bisa memikirkan
langkah-langkah apa yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan dan menghentikan
kesulitan.
2) Pusatkan
perhatian pada benda yang tidak ada hubungannya
Ketika pikiran
berkecamuk coba ambil atau perhatikan suatu barang yang tidak ada hubungannya.
Misalnya peganglah pensil, otak-atik pensil tersebut, warnanya apa, bentuknya
bagaimana. Sesaat perhatian akan fokus terhadap pensil tersebut.
Ketika kembali kepada kesadaran pikiran sudah tidak terlalu pusing
dengan kesulitan, sehingga lebih tenang untuk memikirkan langkah apa yang akan
dilakukan dalam menyelesaikan kesulitan.
3) Masukkan
sebuah karet gelang di pergelangan tangan dan jepretkan karet itu ke
pergelangan tangan
Simpanlah karet
gelang di pergelangan tangan. Ketika mencoba untuk fokus terhadap permasalahan,
jepretkanlah karet tersebut ke pergelangan tangan. Sehingga sesaat akan membuat
terkejut dan memutuskan pikiran-pikiran lain yang mengganggu. Lalu
akan terfokus terhadap kesulitan yang dihadapi dan memikirkan
langkah-langkah yang diperlukan dalam penyelesaiannya. Kebiasaan menjepretkan
karet ini biasanya dilakukan oleh atlet basket. Ketika akan memasukan bola
mereka menjepretkan karet di pergelangan tanggannya sehingga fokus terhadap
lemparan bola tidak terganggu oleh pikiran-pikiran lain.
4) Sibukkan
diri dengan kegiatan yang tidak ada kaitannya
Ketika sedang
ada kesulitan, orang cenderung akan diam dan melamun. Semakin memikirkan
kesulitan, semakin merasa ruwet dengan permasalahannya. Agar tidak berkutat
dengan masalah yang semakin pelik, maka ikutlah dalam suatu aktifitas yang
tidak ada kaitannya dengan kesulitan yang dihadapi. Setelah selesai melakukan
aktifitas yang tidak ada kaitannya ini, emosi akan mereda, sehingga cenderung
lebih tenang dan mampu berpikir lebih jernih.
5) Ubahlah
kondisi dengan berolah raga
Olah raga dapat
dijadikan sebagai sarana untuk melepaskan beban pikiran. Misalnya ketika
bermain tenis, saat memukul bola seseorang bisa berteriak seolah-olah
melepaskan segala beban yang ada di pikiran.
Pembingkai Orang
: membantu
menghentikan kebiasaan yang menganggap bahwa semua kesulitan sebagai bencana,
dan memberi tahu bahwa kesulitan sifatnya sementara. Pembingkai ini dapat
dilakukan melalui 3 cara yaitu :
1) Pusatkan
perhatian pada tujuan “mengapa saya melakukan ini”
Saat kita
menemukan kesulitan dalam pekerjaan, maka kita harus mengingat apa yang
memotivasi mengambil pekerjaan tersebut, maka kesulitan tersebut akan lebih
ringan rasanya.
2) Mengecilkan
diri
Ketika
menghadapi masalah, pergilah ke tempat yang banyak orang, duduklah di salah
satu sudut dimana dapat memperhatikan lalu lalang orang. Sekian banyak orang
tentunya dengan sekian banyak masalah yang mereka hadapi. Tentunya masalah yang
kita hadapi, tidak seberapa besar dengan masalah orang lain.
3) Membantu
orang lain
Membantu orang
lain membuat seseorang bersyukur bahwa dirinya diberi kemudahan dan nikmat yang
belum tentu dimiliki orang lain. Datanglah ke tempat-tempat seperti perumahan
kumuh, panti asuhan, panti jompo, atau SLB. Memperhatikan mereka tentunya
membuat seseorang sadar bahwa mereka memiliki kesulitan yang lebih dibanding
dari dirinya. Sehingga dirinya lebih mempunyai daya dan upaya dalam menghadapi
kesulitan, dan dapat dengan lapang dada menerima kesulitan.
sumber : https://www.bloggerkalteng.id/2012/05/materi-genre-6-fik-m-fasko-um.html
Posting Komentar untuk "Life Skills"